Tunggu Sebentar...
Detail Informasi

AKU ADA DI SINI

"Tidak!" Suara wanita yang bergema keseluruh ruangan,
"Ikuti saja pendapatku!" Suara pria menyahut dengan nada yang tinggi,
"Sudah kubilang, lebih baik dia menjadi dokter"
"Kalau dia menjadi dokter, lalu bagaimana dengan bisnis yang telah kubangun dengan susah payah"

Perdebatan itu sangat mengganggu waktu belajarku, aku menutup telingaku agar tidak mendengar suara kedua orang tuaku yang sedang berdebat "Kumohon berhenti" Tanpa kusadari air mataku mulai membanjiri pipiku, aku menangis tanpa diketahui oleh siapapun, hanya aku yang tahu, aku dan jiwaku.

Semalam aku ketiduran, dan sekarang sudah pukul 07.00 WIB, Jogja. Tepat pukul 07.30 bel sekolahku berbunyi. Aku bergegas menuju lemari bajuku, tanpa mandi aku berangkat kesekolah karena sekolahku cukup jauh dari rumah, jadi tidak ada waktu untuk mandi.

Mungkin keberuntungan sedang berpihak padaku, aku sampai sekolah tepat pukul 07.05, 5 menit lagi bel sekolah. Seragam putih biruku sedikit basah karena air keringatku yang membasahi tubuhku. Aku memandang langit pagi. Namun, langit sedang tidak ingin memancarkan biru nya yang indah, melainkan abu kehitaman, warna yang menunjukkan kehampaan dan kesepian.

Aku memasuki ruang kelas yang sangat tenang dan damai, sudah ku pastikan sebagian besar dari mereka sedang mengerjakan pekerjaan rumah. Aku duduk dibangku ku, aku duduk sambil memandang langit, benar saja perkiraan ku. Langit yang berwarna abu kehitaman mulai menjatuhkan rintik-rintik hujan yang membasahi kota Jogja. Tiba-tiba saja ada yang memegang pundak ku, aku menoleh dan menemukan temanku yang sedang berdiri di sampingku. Angga namanya "Malio" Angga memanggilku dengan sedikit kegirangan "Ya?" Sahutku dengan raut wajah yang bingung karena tingkah Angga, "Malio, kamu dipanggil kepala sekolah, beliau memanggilmu untuk pergi keruangannya.", "Aku?" Tanyaku meyakinkan Angga "iya Malio, ayo ku antar."

Aku keruang kepala sekolah diantar oleh Angga. Aku sudah berdiri di depan ruangan itu "Kenapa diam? Ayo masuk" Angga masuk mendahuluiku, aku mengikuti Angga tepat di belakangnya. Tepat di depanku sudah ada kepala sekolah, "Malio" Kepala sekolah memulai percakapan, "Ya pak Dirga, bapak memanggil saya?",
" Malio, bapak ingin meminta tolong",
"Minta tolong apa pak?",
"Besok adalah hari anak sedunia, sekolah kita akan menyelengarakan acara. Namun, ada satu kendala, Angga tidak bisa membawakan puisi dikarenakan Angga ingin mengikuti lomba membaca puisi, kamu bisa menggantikan Angga kan?" Aku terdiam. Jujur, aku takut. Aku pun mulai berdebat dengan pikiranku "Bagaimana dengan tatapan mereka? Bagaimana jika mereka mencemoohku? Bagaimana..."
"Malio" Aku tersadar ketika ada suara yang memanggilku. "Kenapa diam? Jadi, kamu bisa kan?" Pak Dirga meyakinkanku sekali lagi "Baiklah, aku bersedia menggantikan Angga" Aku meyakinkan diriku "Hore!" Sorak Angga kegirangan, aku dan pak Dirga tertawa melihat tingkah laku Angga.

Keesokan Harinya

Sorak sorai penonton sangat meriah, aku menaiki panggung dengan rasa gugup yang ada di hatiku. Namun, aku memberanikan diriku, ketika aku sudah sampai di tengah panggung aku melihat sekeliling, berharap aku melihat ayah dan bunda. Hatiku senang begitu melihat ayah dan bunda. Aku memajukan diriku untuk mendekati standingmic, dan mulai melontarkan puisi yang kuciptakan

"Aku ada di sini,
Ayah dan bunda, aku adalah puisi yang kalian ciptakan
Aku adalah karya, karya yang kalian tentukan
Jika ayah dan bunda menuntunku ke satu jalan yang berarah, aku akan menjadi orang yang terarah
Namun, jika ayah dan bunda menuntunku ke dua jalan yang tidak terarah, maka aku akan mencari jalan lain, jalan pilihanku.
Ayah, bunda lamat laun aku akan menjadi dewasa
Aku akan menentukan pilihanku, namun, jika kalian memaksaku akan pilihan kalian, kemungkinan aku akan jadi orang yang pemberontak
Ayah bisakah aku memiliki segala sesuatu yang setimpal dengan kemampuanku?
Bunda, aku memiliki pendapatku juga, bisakah bunda mendengarkan pendapatku?
Aku selalu merasa, bahwa hanya aku yang tidak memiliki pendapat."


Tepuk tangan meriah yang kudengar setelah aku membaca puisi itu, puisi yang berjudul "Aku Ada Di Sini", aku tersenyum dan sedikit merunduk sebagai tanda Terimakasih ku kepada penonton, dengan hati yang berbunga-bunga aku menuruni panggung. Namun, tiba-tiba saja ada yang memelukku, ternyata itu bundaku! "bunda akan selalu mendukung pendapatmu, Malio" bunda berkata dalam peluknya", "Ayah memiliki anak yang kuat dan tangguh, oleh karena itu ayah tau bahwa anak ayah yang tangguh ini akan memilih jalan yang lebih baik" Ayah berkata sambil mengelus rambutku, "Terimakasih ayah, bunda aku tidak akan mengecewakan kalian berdua!" Kami pun tertawa bersama.
~ TAMAT ~

"Kita semua memiliki pendapat, kamu bisa mengeluarkan pendapatmu. Tapi tolong, tolong hargai pendapat orang lain, jangan sampai kamu menyakiti hatinya hanya karena hatimu yang tidak ingin menerima pendapatnya"
Salam hangat penulis - SYIFA AZZAHRA

---

CIPTAAN : SYIFA AZZAHRA

23 OKTOBER 2023